Pada mulanya aku tidak begitu tertarik dengan namanya chatting. Tetapi
lama kelamaan aku jadi ketagihan dan setiap hari aku selalu
meluangkan waktu Untuk beberapa saat lamanya sembari mengerjakan
tugas harian di kantor. Baik itu melalui MIRC ataupun di YM. Dan mulai
dari sinilah aku mulai mengenal apa itu dunia cyber. Suatu hari aku
chatting dengan menggunakan nickname Jingga yang kebetulan aku
suka banget dengan warna purple. Hingga sampailah aku di pertemukan
dengan cewek yang berumur 17 tahun yang mempunyai nama asli
Adinda. Adinda yang masih berstatus pelajar di salah satu SMU negeri di
Jakarta dan tinggal di sekitar Jakarta Barat. Dengan paras yang cantik
serta bentuk tubuh yang sexy di dukung penampilannya yang selalu
mengenakan rok abu-abunya di atas lutut. Menjadikan dirinya patut
untuk di kagumi oleh setiap lelaki. Apalagi dengan hem putihnya yang
sedikit transparan setiap Adinda berangkat ke sekolah. Begitu
menerawang terbentuk segaris Bra 36 warna hitam kesukaannya
menjadikan setiap mata yang memandangnya tak akan berkedip
sedetikpun. Adinda adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup
terpandang di Jakarta. Kesibukan papanya sebagai seorang pengusaha,
menjadikan Adinda selalu merasa kesepian. Demikian juga dengan
Mamanya yang selalu sibuk dengan urusan arisan, shopping, senam,
salon dan banyak lagi kesibukan yang datang tak pernah habisnya.
Karena merasa kesepian setiap pulang dari sekolah ataupun saat libur
sekolah, menjadikan Adinda tumbuh tanpa seorang figur dari
keluarganya. Kalau melihat kepribadiannya Adinda sebenarnya
mempunyai kepribadian yang periang dan ramah.Semua itu bisa di lihat
dengan kesehariannya yang selalu tersenyum kepada semua orang
yang di jumpainya. Demikian juga saat bertemu denganku lewat
Chatting. Setiap perjumpaan selalu diakhiri dengan kesan yang baik,
bagaimanapun juga aku sangat menghargai. Kejujurannya yang
menceritakan masalah keluarganya yang super sibuk dan mantan
cowoknya yang berpaling darinya, karena tidak bisa bersabar
menghadapi Adinda yang belakangan menjadi pemurung. Sifatnya yang
pemurung itu disebabkan oleh suasana keluarganya yang mulai tidak
harmonis lagi dan menjadikan sosok Adinda menjadi minder di
sekolahnya. Hingga pada satu kesempatan dia memutuskan ingin
bertemu secara langsung denganku. Hari itu setelah kita chatting
beberapa saat, tiba-tiba dia menangis dan butuh teman untuk curhat
secara langsung dan alasannya, karena dia sudah akrab dan percaya
kepadaku. Setelah menentukan tempat yang cukup aman, sejuk
udaranya dan tidak bising akhirnya aku sepakat menemuinya. Dengan
perasaan deg-degan, sepanjang perjalanan aku berpikir ada masalah
apa dengan Adinda. Dan pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku
benar-benar ketemu dengannya. Sesaat Aku terkagum-kagum melihat
penampilannya hari itu. Berbeda dengan kesehariannya yang selalu
mengenakan seragam sekolah. Hari itu Adinda mengenakan stelan
celana jeans agak belel warna biru di padu dengan kaos putih ketat
yang menonjol di bagian dadanya. Rambut panjangnya di biarkannya
tergerai menyentuh bahunya melewati leher jenjangnya yang putih
bersih. Dari penampilannya yang mengagumkan aku sempat menelan
ludah sesaat. Adinda adalah sosok cewek idolaku. Mulai dari wajahnya,
dadanya, pinggulnya dan lekukan Pantatnya yang sexy tecetak jelas di
celananya yang ketat juga. Membuat aku menelan terdiam sesaat,
sambil membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan dia. Di
sebuah cafe yang suasananya pada siang itu tidak begitu ramai, dengan
hanya beberapa pengunjung, menjadikan pertemuanku dengan nya
akan sangat berkesan tentunya. Selama pembicaraan di cafe, jantungku
berdetak kencang setiap melirik paras Adinda yang cantik dan manis
sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang
merekah. Untuk menghilangkan rasa cemasku, aku berusaha membuka
pembicaraan dengan menanyakan bagaimana kesannya setelah
bertemu dan ada masalah apa sampai dia memintaku datang
menemuinya. Pertemuan itu sebenarnya hanya sekedar alasannya aja
agar bisa ngobrol denganku dan mengenal lebih dekat siapa diriku
sebenarnya. Hal itu aku ketahui setelah kami terlibat perbincangan serius
di cafe dan dia berterima kasih, kalau selama ini aku bisa dengan penuh
kesabaran mendengarkan semua masalah yang di hadapinya. "Diet..
Boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya Adinda tiba-tiba. "Boleh.. Ada
apa emangnya?" tanyaku balik. "Aku mulai merasakan semua kasih
sayang kamu selama ini," jawabnya. "Dan aku juga ingin memberikan
hal yang sama buat kamu," lanjutnya. Aku hanya bisa terdiam
mendengar semua penjelasannya, dengan lembut aku memeluk
tubuhnya untuk meyakinkan bahwa semua yang kulakukan tulus
adanya. Dan dengan pelan aku genggam jemari tangannya yang halus
serta aku pegang dagunya dengan lembut bibirku menyentuh bibirnya
yang terbuka sedikit. Yang tak lama aku telah menciumi leher Adinda
yang terlihat sangat bersih dan putih. "Adinda aku sayang kamu..,"
bisikku di telinganya lirih. Adinda semakin erat memelukku sebagai
ungkapan kebahagiaannya atas sikapku. Setelah perbincangan di cafe
selesai, Adinda mengajakku untuk bersantai sejenak sambil beristirahat
dengan memesan sebuah kamar di sebuah hotel yang tak jauh letaknya
dari cafe tersebut. "Diet.. Ohh..," desah Adinda ketika aku mencumbu
lehernya setelah kita sampai di kamar. Lidahku semakin nakal
menjelajahi leher Adinda yang jenjang. "Akhh Diet.." tanpa terasa
tanganku mulai nakal untuk menggerayangi payudara Adinda yang aku
rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.
"Ooohh.. Diet.." desahnya lirih. Adinda mulai terangang ketika ujung
lidahku menjilati bukit payudaranya yang berukuran 36 itu. Aku semakin
berani untuk melakukan yang Iebih jauh.. Dengan meremas payudara
yang satunya. "Adinda.. Sayang, aku buka baju kamu yah.."? bisiku di
telinganya. Adinda hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk
melepaskan pakaiannya, sampai akhirnya dia hanya mengenakan Bra
warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya yang putih
nampak dengan jelas di depanku. Setelah terbuka, kembali aku
mengulum bibirnya yang merekah. Lidahku menjelajahi rongga di langit-
langit mulutnya dan sesekali menghisap lidah Adinda yang mulai
terangsang dengan ciumanku. Tanganku yang nakal mulai melepas Bra
warna hitam miliknya. Dan.. Wow.. Tersembullah puting yang kencang..
Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Adinda untuk
kemudian mulai menjilati puting Adinda yang berwarna kecoklatan. Satu
dua kali hisapan membuat putingnya berdiri dengan kencang..
Sedangkan tangan kananku memilin puting yang lainnya. "Ooohh Diet..
Enak sekali sayang..," rintih Adinda. Dan saat aku mulai menegang..
Adinda berusaha bangkit dari tempat tidur, tapi aku tidak memberikan
kesempatan Adinda untuk bangkit dari pinggir ranjang. Parfum Adinda
yang harum menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi
seluruh tubuhnya. Aku beranikan diri untuk mulai membuka celana jeans
serta CD hitam berenda yang dipakainya. Dan darahku mendesir saat
melihat gundukan yang ditumbuhi dengan rambut yang hitam lebat.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali
memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina Adinda. "Oohh.. Diet..
Nikmat.. Sayang," Adinda merintih kenikmatan setiap lidahku
menghujam lubang kewanitaannya. "Akhh.. Kamu pintar sekali
sayaang.." Desah Adinda disaat jilatanku semakin cepat, Adinda sudah
mulai memperlihatkan tanda-tanda mau orgasme dan sesaat kemudian..
"Mass Adiet.. Sayang.. Aku nggak tahan.. Oohh.. Mass aku mau.." Adinda
menggelinjang hebat sambil menjepit kedua pahanya sehingga
kepalaku terasa semakin terbenam di selangkangannya. "Maass..
Ookkhh.. Aakuu keluaarr.." Jeritnya lirih. Adinda merintih panjang saat
mencapai orgasmenya yang pertama, dia tersenyum puas. Aku biarkan
dia terlentang menikmati orgasmenya, sambil membuka semua pakaian
yang aku kenakan. Aku memperhatikan Adinda begitu puas dengan
pemanasan tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu berbinar-
binar. Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri
tubuhnya yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang,
dan tanpa pikir panjang penisku yang berukuran lumayan besar,
langsung menghujam celah kenikmatan Adinda sembari bibirku
mengulum payudaranya. "Aaakhh.. Diet..," desah Adinda, saat penisku
melesak ke dalam lubang vaginanya. "Diet.. Penis kamu ohh.." desahnya
kemudian. Aku merasakan setiap jepitan bibir vaginanya yang begitu
ketat, sampai terasa begitu nikmat lubang senggama Adinda. Aku
berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan
menetes diwajah Adinda yang pertama kalinya merasakan nikmatnya
bercinta. Setiap gerakan maju mundur penisku, selalu membuat tubuh
Adinda menggelinjang hebat karena dia mulai bisa merasakan dan
menikmati permainan ini. "Diet.. Sudah.. Sayang.. Akhh.." sembari
berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina Adinda menjepit
batang penisku. Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari
vagina Adinda. Aku tidak mempedulikan desahan Adinda yang semakin
menjadi, aku hanya berusaha memasukkan penisku lebih dalam lagi.
Tiba-tiba Adinda mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia
mencapai orgasme yang kedua kalinya. Penisku bergerak keluar masuk
dengan cepat dan.. Sesaat kemudian. "Diet.. Aku.. Mau.. Keluarr lagi..
Aaakk.. Sayang, aku.. Nggak tahan.." Seiring jeritan itu, aku merasakan
cairan hangat kembali meleleh disepanjang batang penisku. "Aaakhh..
Sayang.. Enak sekali.. Ooohh..," rintih Adinda lirih. Bagaikan orang mandi,
keringatku kembali berkucuran, diatas tubuh Adinda. Disaat aku mulai
mencapai klimaks, aku meminta Adinda berganti posisi diatas. "Adinda..
Sayang kamu diatas yah.."Pintaku Aku melepas penisku dan langsung
terlentang. Adinda bangkit dan langsung menancapkan penisku dalam-
dalam di lubang kewanitaannya. "Akhh gila, penis kamu enak banget
Maas.. Ooohh.." Adinda merintih sambil terus menggoyangkan
pinggulnya. "Aduhh enak Diet.." desahnya lagi. Goyangan pinggul Adinda
membuat gelitikan halus di penisku.. "Adinda.. Sayang.. Akh..," aku
mengerang kenikmatan saat Adinda menggoyang pinggulnya. "Diet.. Aku
mau keluar nih..," sambil merintih panjang, Adinda menekankan dalam-
dalam Tubuhnya hingga penisku amblas ditelan vaginanya dan
bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan tanda-tanda akan
mencapai orgasme. "Aaahh.. Ahh.. Ohh," teriakku "Crott.." bersamaan
dengan menyemburnya spermaku. Aku biarkan spermaku menyembur
di dalam vaginanya. Sebagian dari spermaku langsung meleleh di
sekujur pahanya yang mulus. Setelah itu Adinda berjalan menuju ke
kamar mandi untuk segera mencuci spermaku yang baru keluar dari
vaginanya. Permainan itu berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri
kami berdua, karena baru pertama kalinya Adinda bercinta denganku,
dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa digambarkan dengan
kata-kata. "Diet.. Kapan kamu ada waktu lagi untuk melakukan semua
ini sayang," tanya Adinda. Aku menjawab lirih, "Terserah Kamu deh, aku
akan selalu sediakan waktu untuk kamu." "Makasih sayang.. Kamu telah
memberikan apa yang selama ini belum aku rasakan," kata Adinda.
Kemudian aku mengecup kembali Bibirnya yang merekah sebagai tanda
kasih sayangku kepada Adinda yang tulus. E N D